Kamis, 27 Mei 2010

Antisipasi Penyakit Pancaroba


BULAN-bulan ini sepertinya memang sudah masuk dalam musim pancaroba. Cuaca jadi “panas dingin”, tak menentu. Pemanasan global yang semakin terasa efeknya juga sepertinya turut mempunyai andil dalam drastisnya perubahan suhu dan cuaca yang terjadi pada musim pancaroba. Yang jelas, angin ikut-ikutan dengan percaya diri berhembus dengan kencangnya dan membawa serta debu yang tak terhitung banyaknya.
Perubahan lingkungan tak pelak juga menuntut makhluk hidup yang tinggal didalamnya untuk menyesuaikan diri. Perubahan yang seperti nyata terasa pada musim pancaroba antara lain adalah serangga seperti nyamuk bertambah banyak. Manusia pun secara tak sadar terbawa arus pancaroba dan menyesuaikan diri.
Yang pasti perubahan cuaca pada musim pancaroba juga mempengaruhi kesehatan. Bukan berita baru lagi kalau datangnya musim pancaroba, juga membawa serta “tamu tak diundang”, yaitu berbagai macam penyakit seperti influenza, ISPA, diare, dan yang sering mewabah, demam berdarah dengue. Kalau sudah begitu, “korban” pun berjatuhan. Setiap tahun sepertinya berulang terus begitu.
Musim Pancaroba: Musimnya Penyakit
Tidak pagi tidak siang, bahkan malam hari pun, udara terasa gerah. Hanya dalam hitungan jam, tiba-tiba hujan, lalu udara tiba-tiba berubah dingin dan lembab. Dan aduh….. sepertinya debu berterbangan dimana-mana.
SELAMAT datang musim pancaroba. Akhir-akhir ini sebagian wilayah Indonesia memang sedang mengalami keadaan seperti diatas. Jika siang hari matahari bersinar sangat terik dan membuat gerah, tapi dalam sekejap mata, cuaca berubah seketika menjadi hujan. Udara pun beralih menjadi dingin. Perubahan cuaca yang tiba-tiba inilah yang disebut dengan musim pancaroba, jelas guru Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia dari Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Prof, Dr, Firman Lubis, MPH.
Menurut Prof. Firman, musim pancaroba hanya terjadi pada masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan atau peralihan musim hujan ke musim kamarau. “Datangnya tidak bisa ditebak,” kata Prof. Firman
Selain menimbulkan ketidaknyamanan, peralihan musim ini mempengaruhi pasang surut kesehatan tubuh. Menurut Prof Firman, perubahan udara dan suhu berpengaruh terhadap tubuh karena saat menghadapi perubahan cuaca yang ekstrim, secara otomatos tubuh kita berusaha keras menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Saat itu pula daya tahan tubuh kita terkuras dan pada akhirnya penyakit mudah menghampiri.
Suhu cuaca yang berubah-ubah ternyata juga dapat memacu perkembangbiakan virus dan bakteri menjadi lebih cepat. “Jadi tidak heran lebih lebih banyak orang terserang penyakit di musim pancaroba disbanding di musim yang temperaturnya relative stabil,” tutur Prof. Firman.
Prof. Firman menyebutkan beberapa penyakit yang erat kaitannya dengan musim peralihan ini seperti influenza, diare, demam berdarah dengue (DBD), malaria dan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). “Terutama memang penyakit infeksi tropic,” tuturnya.
Penyakit bawaan musim pancaroba tersebut dapat menyerang siapa saja. Biasanya, penyakit itu rentan menjangkiti mereka yang memiliki daya tahan tubuh rendah, kurang gizi, ibu hamil, orang yang mobilitas tinggi, orang tua lanjut dan anak-anak.
Kemunculan penyakit-penyakit tersebut khususnya menjadi tinggi pada pancaroba dipicu dengan meningkatnya berbagai vector (pembawa) bagi bakteri dan virus penyebab penyakit “Tikus, lalat, kecoa berkembang pesat akibat perubahan cuaca seperti ini,” ungkap Prof, Firman.
Debu, juga harus anda waspadai. Pada musim ini, debu ada dimana-mana, bila diguyur hujan akan mengakibatkan debu tersebut langsung naik. Lalu saat cuaca kembali panas akan muncul debu lebih banyak. “Debu kan termasuk perantara bakteri dan virus, jadi untuk menghindarinya ada baiknya memakai masker,” pesan Prof. Firman.
Daya tahan tubuh menjadi benteng pertahanan menghadapi segala serangan khas pancaroba. System kekebalan tubuh hendaknya terus ditingkatkan. Dengan begitu, bakteri, virus, parasit dan jamur bisa tertahan oleh system imun dan gangguan penyakit rdapat ditangkal.
Pergantian musim ini memang tidak boleh disepelekan. Pencegahan menjadi solusi yang mutlak. Ada tiga kunci agar anda tertahan dari terpaan musim pancaroba, yaitu daya tahan tubuh yang kuat, personal hygiene (kebersihan diri) dan sanitasi lingkungan yang baik. Berikut yang bisa dilakukan:
Untuk menguatkan daya tahan tubuh
1. Konsumsi makanan bergizi yang mengandung 4 sehat 5 sempurna yang dibutuhkan oleh tubuh. Jalani pola makan sehat.
2. Istirahat yang cukup. Tidur delapan jam sehari akan menjaga system metabolism tubh sehingga berjalan tanpa gangguan. Jangan terlalu banyak begadang karena menurunkan daya tahan tubuh.
3. Usahakan berolahraga secara rutin.
4. Hindari stress.
5. Jauhi merokok.
Cara menjaga kebersihan diri
1. Membersihkan diri selalu mencuci tangan dengan sabun antiseptic sebelum dan sesudah makan serta setiap kali usai beraktivitas.
2. Rajin potong kuku tangan dan kai serta membersihkannya (terutama untuk anak-anak) karena kuku yang panjang bisa menjadi tempat bermukimnya larva cacing.
3. Hindarkan diri ataupun anak-anak dari luapan genangan air kotor karena di dalamnya terdapat kuman-kuman, bakteri, virus yang bersemayam, bahkan air kencing tikus pun ada.
4. Jangan jajan makanan sembarangan, sebaiknya konsumsi makanan rumah yang terjamin kebersihannya.
Cara menjaga sanitasi lingkungan
1. Jaga kebersihan lingkungan terutama lingkungan sekitar rumah.
2. Bersihkan rumah dari debu-debu.
3. Ventilasi rumah harus bagus agar cahaya dan udara segar bisa masuk.
4. Jangan biarkan sampah menumpuk, kalau perlu dibungkus plastic dan jangan dibiarkan terbuka karena mengundang lalat.
5. Bersihkan kamar mandi dan toilet secara rutin. Kuras air secara barkala untuk menghindri berkembang biaknya nyamuk.
6. Bersihkan genangan/selokan air di sekitar lingkungan anda.

Sumber : Majalah Kesehatan Keluarga “Dokter Kita”, edisi 9 - thn IV September 2009: hal 22-24.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar